| KEMBALI |

Jahe

A.    Syarat Pertumbuhan
  1. Iklim
  • Membutuhkan area dengan curah hujan yang relatif tinggi, yaitu antara 2.500-4.000 mm/tahun.
  • Pada umur 2½ sampai 7 bulan atau lebih tanaman memerlukan intensitas cahaya matahari 70-100%. Dengan kata lain penanaman sebaiknya dilakukan di tempat terbuka sehingga mendapat sinar matahari sepanjang hari.
  • Suhu udara optimum antara 20-35o C.
  1. Tanah
  • Paling cocok ditanam pada tanah subur, gembur dan banyak mengandung humus. Tekstur tanah yang baik adalah lempung berpasir, liat berpasir dan tanah laterik.
  • Tumbuh di tempat pada keasaman tanah (pH) sekitar 4,3-7,4. Tetapi keasaman tanah (pH) optimum untuk jahe gajah adalah 6,8-7,0.
  1. Ketinggian tempat
  • Tumbuh sangat baik di daerah tropis dan subtropis dengan ketinggian 0-2.000 m dpl.
  • Di Indonesia pada umumnya ditanam pada ketinggian 200-600 m dpl.
B.    Persiapan Bibit
  1. Kebutuhan bibit untuk jahe putih besar sekitar 2-3 ton/ha. Sedangkan untuk jahe merah dan jahe emprit 1-1½ ton/ha.
  2. Siapkan bibit jahe yang sudah berusia kira-kira 1 (satu) tahun lebih.
  3. Pilih varietas yang paling sesuai dengan agro ekosistem setempat dan berdaya hasil tinggi.
C.    Persiapan Persemaian
  1. Buat media semai dengan campuran tanah, kompos (pupuk kandang) dan pasir dengan perbandingan 2 : 1 : 1. Kemudian siramkan ZPT 2 cc/liter air.
  2. Hamparkan media ke dalam polybag (karung) yang kuat (tidak mudah robek). Ketinggian media sekitar 20 cm.
D.    Persemaian
  1. Bibit harus dibebaskan dari ancaman penyakit dengan cara dimasukkan ke dalam karung dan dicelupkan ke dalam larutan fungisida sekitar 8 jam. Kemudian bibit dijemur 2-4 jam untuk siap tanam.
  2. Sebelum ditanam, bibit direndam terlebih dahulu dengan ZPT 2 cc/liter air selama 5-15 menit.
  3. Tanamkan bibit pada polybag (karung) yang berisi media yang telah dipersiapkan.
  4. Siram persermaian setiap hari dengan air secukupnya untuk menjaga kelembaban.
  5. Semprotkan persemaian 10 hari sekali dengan ZPT 2 cc/liter air dan siram/kocorkan POC 10 cc/liter air.
  6. Bibit akan tumbuh tunas paling lama berumur 1 (satu) bulan. Setiap rempang bibit dapat tumbuh 4 tunas atau lebih.
E.    Persiapan Lahan
  1. Pembukaan lahan
  1. Pengolahan tanah diawali dengan dibajak sedalam kurang lebih dari 30 cm dengan tujuan untuk mendapatkan kondisi tanah yang gembur atau remah dan membersihkan tanaman pengganggu.
  2. Tanah dibiarkan 2-4 minggu agar gas-gas beracun menguap serta bibit penyakit dan hama akan mati terkena sinar matahari.
  3. Apabila pada pengolahan tanah pertama dirasakan belum juga gembur, maka dapat dilakukan pengolahan tanah yang kedua sekitar 2-3 minggu sebelum tanam dan sekaligus diberikan pupuk kandang dengan dosis 1.500-2.500 kg/ha.
  1. Pembentukan bedengan
    Pada daerah-daerah yang kondisi air tanahnya jelek dan sekaligus untuk mencegah terjadinya genangan air, sebaiknya tanah diolah menjadi bedengan-bedengan dengan ukuran tinggi 20-30 cm, lebar 80-100 cm, sedangkan anjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan.
  1. Pengapuran
  1. Pengapuran dilakukan pada saat pembentukan bedengan.
  2. Pada tanah dengan kondisi pH rendah, sebagian besar unsur-unsur hara didalamnya, terutama phosfor (P) dan calcium (Ca) dalam keadaan tidak tersedia atau sulit diserap. Kondisi tanah yang masam ini dapat menjadi media perkembangan beberapa cendawan penyebab penyakit fusarium sp dan pythium sp.
  3. Pengapuran juga berfungsi menambah unsur kalium (K) yang sangat diperlukan tanaman untuk mengeraskan bagian tanaman yang berkayu, merangsang pembentukan bulu-bulu akar, mempertebal dinding sel buah dan merangsang pembentukan biji.
F.    Penanaman
  1. Penentuan pola tanam
  1. Pola tanam dapat monokultur ataupun tumpangsari.
  2. Pembudidayaan jahe secara monokultur pada suatu daerah tertentu dinilai cukup rasional, karena mampu memberikan produksi tinggi.
  3. Pada beberapa daerah, pembudidayaan jahe secara monokultur kurang dapat diterima karena seringkali menimbulkan kerugian sehingga dilakukan pola tanam secara tumpangsari.
    Manfaat pola tanam jahe secara tumpangsari:
    • Mengurangi kerugian yang disebabkan naik turunnya harga.
    • Menekan biaya tenaga kerja pemeliharaan tanaman.
    • Meningkatkan produktivitas lahan.
    • Memperbaiki sifat fisik dan mengawetkan tanah akibat rendahnya pertumbuhan gulma (tanaman pengganggu). Pada beberapa daerah, penanaman jahe ditumpangsarikan dengan sayur-sayuran, seperti ketimun, bawang merah, cabe rawit, buncis dan lain-lain. Dapat juga ditumpangsarikan dengan palawija, seperti jagung, kacang tanah dan beberapa kacang-kacangan lainnya.
  1. Pembuatan lubang tanam
    Untuk menghindari pertumbuhan jahe yang jelek, karena kondisi air tanah yang buruk, maka sebaiknya tanah diolah menjadi bedengan-bedengan. Selanjutnya buat lubang-lubang kecil atau alur sedalam 3-7½ cm untuk penanaman bibit.
  1. Cara penanaman
  1. Dilakukan dengan cara melekatkan bibit rimpang secara rebah ke dalam lubang tanam atau alur yang sudah disiapkan.
  2. Jarak tanam yang digunakan untuk jahe putih besar adalah 80 cm x 40 cm atau 60 cm x 40 cm, sedangkan untuk jahe putih kecil dan jahe merah adalah 60 cm x 40 cm.
  1. Periode tanam
    Penanaman jahe sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan. Hal ini dimungkinkan karena tanaman muda akan membutuhkan air cukup banyak untuk pertumbuhannya.
G.    Pemeliharaan
  1. Pemupukan
  1. Lakukan pemberian pupuk kompos/kandang pada saat pembuatan guludan sebagai pupuk dasar sebanyak 15-20 ton per hektar yang ditebar dan dicampur tanah olahan. Untuk menghemat pemakaian pupuk kompos dapat juga dilakukan dengan jalan mengisi tiap-tiap lobang tanam di awal pertanaman sebanyak ½-1 kg per tanaman.
  2. Kocorkan POC dengan dosis 20 cc/liter air pada tanah sebelum tanam. Lanjutkan penyiraman ini setiap 20-30 hari sekali ke tanah sekitar akar.
  3. Pupuk susulan selanjutnya dilakukan pada umur 2-3 bulan, 4-6 bulan, dan 8-10 bulan. Adapun dosis pupuk susulan sebanyak 2-3 kg per tanaman. Pemberian pupuk kompos ini biasanya dilakukan setelah kegiatan penyiangan dan bersamaan dengan kegiatan pembubunan.
  4. Saat tanaman bertunas, mulai semprotkan 10 hari sekali larutan ZPT dengan dosis 2 cc/liter air sampai umur 2 bulan.
  5. Setelah umur lebih dari 2 bulan aplikasi dengan ZPT dicampur dengan NPK dengan perbandingan 1 : 1, frekuensi 30 hari sekali dengan dosis 4-5 cc/liter air. Teknik aplikasi semprot atau kocor ke akar.
  6. Mulai umur 4 bulan sampai panen, aplikasi ZPT dicampur dengan NPK dengan perbandingan 1 : 3, frekuensi 30 hari sekali dengan dosis 4-5 cc/liter air. Teknik aplikasi semprot atau kocor ke akar.
  7. Jika lahan sebelumnya telah menggunakan pupuk kimia, tetap berikan pupuk kimia dengan pengurangan dosis sampai 50% dimana siklus tanam berikutnya dosisnya bisa berkurang sampai 0%.
  1. Penyulaman
Dilakukan pada umur 2-3 minggu setelah tanam. 
  1. Penyiangan
  1. Penyiangan pertama dilakukan ketika tanaman berumur 2-4 minggu yang kemudian dilanjutkan 3-6 minggu sekali, tergantung pada kondisi tanaman pengganggu yang tumbuh.
  2. Mulai umur 6-7 bulan, sebaiknya tidak perlu dilakukan penyiangan lagi, karena pada umur tersebut rimpangnya sudah mulai besar.
  1. Pembubunan
  1. Tanaman jahe memerlukan tanah yang peredaran udara dan air dapat berjalan dengan baik, maka tanah harus digemburkan.
  2. Lakukan pembubunan untuk menimbun rimpang jahe yang kadang-kadang muncul ke atas permukaan tanah. Apabila tanaman masih muda, cukup tanah dicangkul tipis di sekeliling rumpun dengan jarak kurang lebih 30 cm. 
  3. Pertama kali dilakukan pembumbunan pada waktu tanaman berbentuk rumpun yang terdiri atas 3-5 anakan, umumnya pembubunan dilakukan 2-3 kali selama umur tanaman jahe, tergantung pada kondisi tanah dan banyaknya hujan.
  1. Penyiraman dan pengairan
  1. Tanaman jahe tidak memerlukan air yang terlalu banyak untuk pertumbuhannya, kecuali pada awal petumbuhannya (sekitar 2 bulan) yang perlu air cukup banyak.
  2. Saat memulai budidaya jahe diusahakan penanaman pada awal musim hujan.
H.    Pengendalian Hama dan Penyakit
  1. Beberapa penyakit penting pada tanaman jahe yang umum dijumpai, terutama jahe putih besar, adalah layu bakteri (ralstonia solanacearum), layu fusarium (fusarium oxysporum), layu rizoktonia (rhizoctonia solani), nematoda (rhodopolus similis) dan lalat rimpang (mimergralla coeruleifrons, eumerus figurans) serta kutu perisai (aspidiella hartii).
  1. Penyemprotan pestisida sebaiknya dilakukan mulai dari penyimpanan bibit dan pada saat pemeliharaan dengan interval 14 hari sekali. Penyemprotan pestisida pada fase pemeliharaan boleh dicampur dengan pupuk cair atau vitamin-vitamin yang mendorong pertumbuhan jahe.
 I.    Panen
  1. Panen untuk konsumsi dimulai pada umur 6-10 bulan. Tetapi, rimpang untuk benih dipanen pada saat umur 10-12 bulan.
  1. Cara panen dilakukan dengan membongkar seluruh rimpangnya menggunakan garpu atau cangkul, kemudian tanah yang menempel dibersihkan.
  1. Dengan menggunakan varietas unggul jahe putih besar dihasilkan rata rata 27 ton rimpang segar, jahe putih kecil dengan cara budidaya yang direkomendasikan, dihasilkan rata-rata 16 ton/ha rimpang segar dengan kadar minyak atsiri 1,7-3,8%, kadar oleoresin 2,39-8,87%. Sedangkan jahe merah 22 ton/ha dengan kadar minyak atsiri 3,2-3,6%, kadar oleoresin 5,86-6,36%.




Copyright ©2013- hormonik.com